Friday, October 18, 2013

Dan berhentilah memaki...

Daripada mengutuk kegelapan
Lebih baik nyalakan lilin

Dua kalimat dari anies baswedan itu ternyata kekuatannya hebat, bisa menggiring 400 manusia muda dari berbagai latar belakang pendidikan yang baru lulus kuliah untuk membaktikan diri menjadi pengajar muda di pelosok negeri selama setahun.

Bukan itu yang akan saya bahas kali ini.  potensi intelektualitas dan keterbukaan arus komunikasi dan informasi  saat ini menjadikan manusia lebih mudah menangkap berbagai macam fenomena sekaligus mengkritisinya. Media informasi dengan keran kebebasan seluas luasnya membuat kita mudah mencurahkan segala kritik, protes, masukan melalui social media. Bahkan salah seorang teman saya pernah  berkomentar bahwa 'tembok ratapan' itu sudah berpindah dari yerusalem nun jauh disana ke wall di dinding fb kita atau kicauan twitter.
Di Satu sisi ini hal yang menggembirakan, bagaimana jarak, waktu dan ruang menjadi tiada arti. Di sisi lain, kecenderungan untuk banyak bicara menjadikan kita merasa bahwa dengan bicara, menulis, mengeluh, maki maki sudah menuntaskan kewajiban kita sebagai warga negara yg baik misalnya. Pastinya bakal banyak kalimat sejenis dengan 'saya sudah bayar pajak, pemerintah dong harua kerja keras'


Tidakkah terpikir bahwa negara atau kota deh yg scope nya lebih kecil akan memenuhi harapan kita menjadi tempat yang nyaman untuk dihuni kalau kita , bagian terbesar dari sebuah kota hanya bisa memaki, bersorak dari jauh tanpa pernah mau menggerakan diri, menggerakkan keluarga atau masyarakat sekitar untuk paling tidak melakukan sesuatu yg sederhana.

Saya sangat percaya bahwa pergerakan dengan adanya engagement (keterikatan sukarela) akan membawa energi besar pada perobahan dibandingkan setting program yang sifatnya top down. Banyak gerakan yang membawa pada keberhasilan melalui proses melibatkan semua orang bahwa banyak masalah di kehidupan kita itu bukan masalah pemerintah atau negara saja, tetapi itu menjadi masalah kita. Contoh, ketika banjir sudah melanda satu sektor diperkotaan karena letak daerah itu di bawah jalan raya sehingga ketika hujan air tumpah ruah ke perkampungan, maka masyarakat tidak lah sulit untuk diarahkan membersihkan selokan atau mengakomodir gaya hidup 'zero waste' . Dan itu adalah energi positif seperti halnya gerakan indonesia berkebun, gerakan indonesia mengajar dll. Itu karena masyaraka sudah mulai merasa bahwa masalah bukanlah semata berada di pemerintah sana, tetapi disini di dekat kita.

Sisi lain, ketika kita memaki, mengkritisi dengan energi negatif , maka yang terjadi adalah kacamata kita akan selalu berada dalam lensa negatif, hati kita akan selalu memandang dengan nyinyir mencari cari salah siapa dan bukan solusi kecil apa yang harus saya lakukan untuk membantu. Dan saya angkat topi tinggi tinggi untuk banyak relawan pekerja sosial di kota ini yang tidak perlu terlalu banyak mengutuk kegelapan, tetapi berusaha menyalakan lilin meskipun lilin itu kecil dan redup.tapi bukankah apabila ada ribuan lilin yang dinyalakan yang ada adalah terang di sekeliling kita ?


#curcol setelah seharian berjalan d sebuah kelurahan di kota bandung dan bertemu seseorang yang menginspirasi

No comments:

Post a Comment