Wednesday, February 20, 2013

Thats really broken my heart...

Ah ternyata susah mau menulis setiap hari..
Selalu dicengkeram dan diikat pekerjaan pekerjaan domestik dan non domestik..

Dua hari yang lalu,
Saya mengikuti sebuah workshop pendidikan seharga jutaan selama dua hari di sebuah hotel standar di lembang. Melihat dari harga yang harus dibayarkan setara dengan seminar marketing pembicara terkenal saya optimis workshop ini pasti akan memberikan banyak ilmu dan pengalaman baru.

Tapi apa lacur, dari awal saya datang dari mulai pendaftaran, pembagian kamar, sampai penyelenggaraan workshop beserta materi tidak bisa membuat saya bertahan selama dua hari. Saya pergi di hari pertama karena selain saya merasa tidak terlalu penting juga karena memang ada hal yang saya rasa lebih penting untuk saya lakukan.

Tapi bukan itu yang menarik untuk dibahas karena workshop yang diselenggarakan instansi pemerintahan yang terkesan 'asal ada' sudah bukan menjadi rahasia lagi ini.
Yang menarik adalah saya melihat attitude para peserta (ada kurang lebih 450 peserta) yang nota bene adalah para pendidik dari lembaga pendidikan se jawa barat.
Image saya terhadap pendidik sebagai orang yang digugu, ditiru, memberi contoh pupus sudah dari hanya beberapa jam saya melihat interaksi dalam kegiatan itu.
Saya tidak habis fikir, bagaimana pendidik mengajarkan antri, bergiliran, sopan terhadap orang lain kalau ternyata untuk daftar ulang saja (panitia hanya menyediakan satu meja saja untuk administrasi pembagian kamar) mereka berdesakan, menyalip orang lain, dengan ringan mendesak orang lain dan berteriak teriak minta dilayani. Saya kok melihat ini seperti prilaku orang orang yang kurang terdidik. Belum lagi selama beberapa jam seminar saja saya melihat sebagian besar menjadi peserta sepertinya hadir tidak atas dasar rasa ingin tahu dan mencari ilmu karena semua asik dengan teman sebelah atau bahkan banyak yang asik bertelepon. Dan ketika materi hampir menabrak jam sholat magrib hampir semua bereaksi dengan protes berteriak menunjukkan ketidaksetujuan karena harus sholat magrib (tidak ada itu yg namanya mengacungkan tangan dan bicara bergiliran), wah saya pikir hebat ya..sholeh dan sholehah para pendidik ini. Namun ketika materi dihentikan saya pikir para peserta akan antri panjang di mushola yang berukuran kecil, ternyata antrian panjang berdesakan hanya terlihat di ruang makan. Thats broken my heart...

Lengkap sudah image pendidik di mata saya. Guru tidak lagi menjadi figur guru yang seperti dahulu saya dapatkan dari guru guru saya. Guru bisa jadi saat ini telah mengalami kemunduran . Apa memang hidup begitu beratnya sehingga harus berjuang mati matian tanpa mempedulikan lagi etika? Apa memang sekedar makan pun menjadi hal yang utama dan penting..

Dan saya pun kabur dari tempat itu..
Daripada saya harus tambah patah hati...


*haqqul yakin kalo masih ada jutaan pendidik di luar ruangan seminar itu yang jauh lebih baik, tulus dan bekerja dengan cinta. I really hope so...

No comments:

Post a Comment