Monday, December 17, 2012

Kita dan media massa

Beberapa hari yang lalu saya menghadiri undangan focus group discussion di Komisi Penyiaran Indonesia daerah Jawa Barat, saya diundang untuk turut mencermati seperti apa kerja KPID jabar selama ini, dari kacamata pendidikan. 
Banyak hal menarik yang selama ini luput dari kacamata saya (harusnya tidak luput sebagai lulusan fakultas ilmu komunikasi hehehe..) . Ini beberapa catatan yang sempat terpeta selama diskusi tersebut 

Membahas sejauh mana peran KPI adalah bukan tentang fungsi dan peran KPID yang selama ini terkesan kurang terpublikasi atau pekerjaan mereka yang tidak signifikan (dilihat dari semakin bobroknya tayangan di televisi). Tapi ternyata bahwa jangkauan kerja yang tdk termasuk pada media online yang menjadi wewenang kementrian kominfo. Kalau dicermati, bahaya  dalam kehidupan anak anak kita atau bahkan kita sendiri tidak hanya televisi, tetapi media online yang berada dalam genggaman tangan tangan mungil anak anak kita . Mereka bisa menjelajah kemanapun tanpa bisa dibendung karena kita tidak selalu bersama mereka. Dan orangtua serta pendidik menjadi semakin tidak berdayaketika harga sebuah smart phone bisa dijangkau hanya dengan uang tigaratus ribu rupiah dan ..zip..dunia ada di depan mata. Tidak berkutik karena teknologi sudah sewajarnya menjadi bagian dari hidup anak anak kita.

Mungkin kita tidak pernah sadar bahwa anak anak kita yang terlihat baik baik saja ternyata mereka telah mengetahui dunia dan hal hal yang belum cocok ntuk usia mereka hanya melalui kesalahan pengetikan nama website dalam mesin pencari. Atau betapa social media menjadi hal yang menyenangkan sebagai tempat berbagi keluh,kesah dan bahagia dibandingkan berada dalam pelukan ayah ibu . Menakutkan memang memikirkan apa isi kepala anak anak kita setelah dijejali berbagai hal tersebut, dan bagaimana nanti hal tersebut menjadi dasar prilaku keseharian mereka setelah kita sebagai orangtua yang mengclaim diri sebagai orang sibuk tidak dapat mengontrol dan memperhatikan mereka.

Dan kemarin itu kita membahas hal tersebut hanya sebagai bagian teramat kecil dari berjuta permasalahan di negeri ini. Bagaimana televisi dan wartawan digerus arus kapitalisme sehingga tidak berkutik dalam menegakkan idealisme pemberitaan. Sehingga bisa dilihat pemberitaan saat ini yang 
berkutat di urusan ,menaikkan rating meskipun dengan cara 'membully' prilaku seseorang (bisa dilihat saja kasus bupati garut aceng fikri yang menjadi  bulan bulanan media). Belum konten isi hiburan di televisi yang tidak mendidik anak anak  kita dengan tayangan film kartun bernuansa dewasa, acara musik dengan joke joke yang merendahkan martabat manusia, dan sinetron berusia tahunan yang merasuki persepsi penonton. Dimana aspek pendidikan ketika semua itu ditayangkan di waktu anak anak kita berada di depan televisi? Tidak heran kalau generasi mendatang akan kahir generasi yang sarat kekerasan dan tanpa etika kehidupan budaya masyarakat kita pada jaman dahulu.


Dan ternyata KPI tidak berkutik karena mereka berada di wilayah wewenang setelah sebuah acara disiarkan dan mencermati serta memberi peringatan dan seterusnya. Wewenang untuk melihat sebuah tayangan sebelum diluncurkan adalah berada di lembaga lain yaitu Lembaga Sensor Film yang nota bene tidak berada dalam satu instansi yg sama. So..akan sangat lucu ketika LSF  materi siaran yang selama ini dinikmat sementara KPI berteriak mencermati berbagai kelemahan dalam sebuah tayangan.

Itulah hebatnya Indonesia, betapa banyak lembaga yang overlapping, sangat gemuk dengan sekian ratus karyawan tapi tidak kompeten dalam mengusung idealisme mereka.Dan pada akhirnya masyarakat harus berinisiatif untuk menyelamatkan diri sendiri dan masa depan anak bangsa. Yang menarik adalah bahwa di masyarakat sendiri telah banyak yang bergerak dalam 'media awareness' dengan membentuk komunitas komunitas untuk menyadarkan masyarakat agar lebih selektif memilih tayangan televisi dan media lain. Dan lembaga lembaga n yang berteriak teriak pada pemerintah untuk bersama sama menjalin kemitraan dalam membantu menjalankan tugas pemerintah..i hope it will going work...


Yang menjadi pertanyaan mengerikan adalah Jangan jangan kita semua dan masyarakat di seluruh pelosokIndonesia mulai menikmati tayangan tayangan  tidak bermutu ini dan bakal protes habis habisan ketika tayangan itu dihilangkan...

















Jakarta,ketika sendiri di sebuah penginapan
Ditulis jam 6 pagi sambil menikmati tayangan film dewasa di tv kabel.


2 comments:

  1. hayoh loh itu pas lagi bikin yakin gak ada sadako nonton dari belakang? LOL

    ReplyDelete
  2. Untung pas baca komen gw sudah di bandung..ngumpet tidur di tengah diantara ara dan shafa hahaha

    ReplyDelete